PURNAMA RABIUL AWAL YANG DITELAN HUJAN DINI HARI
Puisi Fadlillah Malin Sutan
Wahai bulan purnama, dari seribu bulan, seribu malam, wahai yang terpilih, kutulis puisi ini, wahai Rasulullah, badrul mustafa, di hari kelahiranmu ini, kukirim sholawat, doa dan kecintaan
Pada tetes air mata, dalam lamunan sejarah, dalam lirih sholawat, kini mereka melarang dan membida’ahkan hari kelahiranmu, wahai Rasulullah
Pada hinaan yang tak kunjung henti, pada olokan tak pernah sudah, pada karikatur komik kartun dan puisi yang tak ada ujung, para intelektual dan penyair di akhir zaman ini, duduk di kafe dan lapau-lapau, berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, dengan pongah mereka mencemoohkanmu wahai badrul mustafa, purnama yang indah, pilihan Allah, pada ujung pisau kata tajam itu, terasa pedih dalam dada iman yang masih bersisa, hamba berharap pedih ini akan jadi saksi bahwa kaki ini tidak di barisan mereka, ya Rasulullah …
Kini, pada ingatan kesunyian dini hari kelahiranmu ini, kukirim sholawat wahai Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, tertitip rinduku padamu ya Rasulullah, semoga sudilah dirimu menerima diri ini, syafaatilah seorang ummat yang penuh dosa ini di hari-hari yang panjang itu nanti
Surau Sastra Hamka, 160924, 12031446,-